Bertindak sebagai pelatih adalah Murniati salah satu warga desa Duda Utara. Murniati sendiri sebelumnya juga telah mengikuti pelatihan tentang anyaman ate setelah dinyatakan lulus, sekarang sudah mulai melatih kepada masyarakat.
Yang menarik dari pelatihan anyaman ate ini adalah pelatihan yang baru berjalan 15 hari dengan target pertemuan 30 kali pertemuan , sejumlah hasil produk berupa Sundung, Bokor, Tas yang terbuat dari akar ate sudah terserap pasar.
Betapa gembiranya  bagi ibu Nyoman Daging.Dirinya mengaku sangat gembira pelatihan yang di ikuti selama 15 kali pertemuan ini sudah menghasilkan beberapa karya sundung yang dinyatakan layak oleh pengepul. Malah langsung di beli. Perserta dari kalangan ibu ibu rumah tangga ini begitu antusias dan gembira karyanya cukup laku.
Terlihat saat penulis meliput kegiatan pelatihan, ibu ibu begitu kompak menganyam, merajut tali ate hingga akhirnya terbuat Sundung, Tas, bokor dan lain seterusnya. Ornamen yang ditampilkan meski masih original terlihat apik indah. Ada nuansa batik.
Sesungguhnya masih ada proses untuk finishing. Yakni barang kerajinan tersebut mesti di oven dan di jemur sehingga akan muncul  nuansa warna warni.
Menurut sang pengemul Asih warga desa Duda Utara, dirinya sudah berani membeli karena sdh  mendapat permintaan pasar dari pelanggan. Seperti di desa Tenganan Kecamatan Manggis, dan  Ubud. Asih di rumahnya juga membuat kerajinan penganyaman ate.
Dari hasil produuk pelatian ate ini, Asih mematok harga pembelian tergantung dari besar kecil serta keindahan kreasi dari peserta pelatihan . Yakni berkisar Rp. 25.000 sampai dengan 107 ribu.